Sesepuh IPSI: Persinas ASAD Pelestari Budaya Bangsa

Jakarta (8/2). PB Persinas ASAD menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 7-9 Februari 2018. Acara yang dihadiri sekitar 300 peserta yang terdiri dari para ulama dan kyai, pengurus PB Persinas ASAD, serta ketua pengurus provinsi dan sekretaris.

“Rakernas kali ini sangat penting, karena bertepatan dengan pesta olahraga ASIAN Games di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Dan untuk pertama kalinya pencak silat dipertandingkan, yang diikuti oleh 11 negara,” ujar Ketua Umum PB Persinas ASAD, Brigjen (Purn) TNI Agus Soesarso.

Menurut Agus, hal ini membanggakan namun juga menjadi sinyal untuk memperhatikan pembinaan atlet. Alasannya, menurut Agus, negara lain terus meningkatkan kemampuan pencak silat dan regenerasi atlet, “Jangan sampai negara asal pencak silat justru kalah dengan luar negeri,” imbuh Agus.

Untuk itulah Rakernas Persinas ASAD mengangkat tema “Peningkatan Kinerja Organisasi Persinas ASAD Menuju Puncak Prestasi”. Agus menegaskan peningkatan kinerja organisasi mampu mendorong peningkatan prestasi atlet. Untuk itu, dalam Rakernas yang waktunya pendek, ia meminta para peserta untuk fokus membuat program, yang mendorong peningkatan prestasi sekaligus regenerasi atlet.

Soal pembinaan atlet, menurut Agus, PB Persinas ASAD telah memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk ASAD Information System (AIS). Sistem informasi ini memungkinkan pembinaan atlet dilakukan secara terprogram, terarah, dan terencana, “Saya mengimbau para pengurus daerah dan provinsi melakukan komunikasi yang intens dengan PB Persinas ASAD dengan AIS, sehingga regenerasi dan kualitas atlet bisa ditingkatkan,” ujar Agus.

AIS memungkinkan pemantauan prestasi, fisik, hingga kesehatan setiap atlet. Persinas ASAD bisa dikatakan sebagai satu-satu perguruan pencak silat yang memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung sport science. Pengembangan AIS dilakukan oleh kader-kader Persinas ASAD.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Brigjen TNI Bambang Anggono mengatakan Persinas ASAD merupakan perguruan silat yang membanggakan, “Di usia kurang lebih 20 tahun, Persinas ASAD melesat seperti meteor meninggalkan perguruan silat lain, bahkan yang legendaris,” ujar Bambang Anggono yang juga Dewan Guru Keluarga Pencak Silat (KPS) Nusantara, salah satu perguruan silat tertua di IPSI.

Menurut Bambang, di usia yang muda, ASAD telah ada di 34 provinsi dan enam negara, “Bahkan dalam Asian Games, Persinas ASAD menyumbangkan tiga atlet,” pungkas Bambang. “Kelebihan Persinas ASAD yang bisa ditiru perguruan pencak silat lain adalah kekompakan, keikhlasan, kerukunan, saling hormati, saling asah dan asuh antara yang senior dan junior, sehingga perkembangan Persinas ASAD sangat cepat,” ujar Bambang bangga. Bahkan para pengurus PB Persinas ASAD sangat aktif di IPSI, sebagai induk pencak silat di Indonesia.

Ia mengingatkan, ketidakrukunan dan ketidakkompakan serta mempertahankan ego, menjadi penyebab bubarnya beberapa perguruan silat legendaris. Ia berharap Persinas ASAD terus mewarnai seni bela diri dan olahraga silat tanah air.

Selaras dengan Bambang, Mayjen (Purn) TNI Eddie Marzuki Nalapraya yang merupakan sesepuh IPSI sekaligus mantan Presiden Federasi Pencak Silat Dunia, mengaku terharu melihat pembinaan ASAD. Ia pernah risau, ketika melihat pelajar-pelajar yang belajar silat, memiliki mental yang lemah, “Mereka pergi berlatih malu, baju silatnya disembunyikan, tapi pesilat Persinas ASAD justru bangga. Saya melihat anak-anak SD hingga SMP berlatih silat ASAD, membuat saya yakin seni budaya bangsa ini lestari di tangan Persinas ASAD,” ucap Eddie sembari menitikkan air mata.

Seni bela diri silat, bagi Eddie bukan sekadar olahraga atau sarana bela diri, namun merupakan karakter bangsa. Dengan karakter itu, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berani membela prinsip-prinsip kebenaran dan takut berbuat keburukan. Hal ini menjadi sikap yang mampu mendorong bangsa Indonesia menjai bangsa yang maju sekaligus beradab.

Telegram
WhatsApp